|
Bahasa Tunjung dituturkan oleh masyarakat yang berada di Kabupaten Kutai Barat dan Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Di Kabupaten Kutai Barat, bahasa Tunjung dituturkan antara lain di Desa Linggang Melapeh, Desa Melapeh Baru, dan Desa Bigung Baru, Kecamatan Linggang Bigung; di Desa Ngenyan Asa dan Desa Muara Asa Kecamatan Barong Tongkok. Sementara itu, di Kabupaten Kutai Kartanegara, bahasa Tunjung dituturkan di Desa Kelekat, Kecamatan Kembang Janggut.
Menurut pengakuan penduduk, desa-desa di sekitarnya juga merupakan wilayah tutur bahasa Tunjung.
Bahasa Tunjung terdiri atas empat dialek, yaitu (1) dialek Ngenyan Asa yang dituturkan di Desa Linggang Melapeh, Kecamatan Linggang Bigung dan Desa Ngenyan Asa, Kecamatan Barong Tongkok, Kabupaten Kutai Barat; (2) dialek Melapeh Baru yang dituturkan di Desa Melapeh Baru, Kecamatan Linggang Bigung, Kabupaten Kutai Barat; (3) dialek Tanah Kelekat yang dituturkan di Desa Kelekat, Kecamatan Kembang Janggut, Kabupaten Kutai Kartanegara; (4) dialek Muara Asa yang dituturkan di Desa Muara Asa, Kecamatan Barong Tongkok, dan Desa Bigung Baru, Kecamatan Linggang Bigung, Kabupaten Kutai Barat. Persentase perbedaan antardialek tersebut berkisar 54%—65%.
Penutur isolek Tunjung di Tanah Kelekat menyebut isoleknya sebagai sebuah bahasa, yaitu bahasa Tanah Tunjung. Namun, berdasarkan penghitungan dialektometri, isolek Tanah Tunjung tersebut jika dibandingkan dengan isolek-isolek Tunjung lainnya termasuk bahasa yang sama dengan persentase perbedaan sebesar 61% (beda dialek).
Bahasa Tunjung merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 85%—95% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Timur. Misalnyapersentase perbedaan antara bahasa Tunjung dengan bahasa Dusun sebesar 85%; dengan bahasa Pasir (Paser) 87%, dengan bahasa Bugis 93%; dan dengan bahasa Bahau Diaq Lay sebesar 95%.
|