|
Bahasa Melayu di Kalimantan Timur dituturkan di Desa Banua Baru, Kecamatan Sangkulirang, Kabupaten Kutai Timur; Kecamatan Samarinda Kota, Kota Samarinda; Desa Kota Bangun Ulu, Kota Bangun Ilir, Kota Bangun I, Kota Bangun II, Kota Bangun III, Kecamatan Kota Bangun, Kabupaten Kutai Kertanegara; Desa Muara Lesan, Kecamatan Kelay, Kabupaten Berau; Desa Muyub Ulu, Kecamatan Tering, Kabupaten Kutai Barat; dan Desa Kahala, Kecamatan Kenoham, Kabupaten Kutai Kertanegara.
Bahasa Melayu di Provinsi Kalimantan Timur terdiri atas tujuh dialek, yaitu (1) dialek Banua, (2) dialek Banjar Samarida, (3) dialek Kutai Kota Bangun, (4) dialek Badeng, (5) dialek Kutai Muara Lesan, (6) dialek Kutai Muyup Ulu, dan (7) dialek Kahala. Dialek Banua dituturkan di Desa Banua Baru, Kecamatan Sangkulirang, Kabupaten Kutai Timur; dialek Banjar Samarinda dituturkan di Kecamatan Samarinda Kota, Kota Samarinda; dialek Kutai Kota Bangun dituturkan di Desa Kota Bangun Ulu, Kota Bangun Ilir, Kota Bangun I, Kota Bangun II, Kota Bangun III, Kecamatan Kota Bangun, Kabupaten Kutai Kertanegara; dialek Kutai Muara Lesan dituturkan di Desa Muara Lesan, Kecamatan Kelay, Kabupaten Berau; Dialek Kutai Muyup Ulu dituturkan di Desa Muyub Ulu, Kecamatan Tering, Kabupaten Kutai Barat; dan dialek Kahala dituturkan di Desa Kahala, Kecamatan Kenoham, Kabupaten Kutai Kertanegara.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, persentase perbedaan antardialek menunjukkan beda dialek yang berkisar 51%—80%. Sementara itu, isolek Melayu merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%—100% jika dibandingkan dengan bahasa Banjar, Bayan, dan Maanyan. |