Bahasa Banjar
Provinsi Kalimantan Selatan

         
 

Bahasa Banjar dituturkan oleh sebagian besar masyarakat di wilayah Kalimantan Selatan. Selain itu, bahasa Banjar juga dituturkan masayarakat di Provinsi Kalimantan Tengah, Riau, Kepulauan Riau, dan Jambi.

Di Provinsi Kalimantan Selatan, bahasa Banjar dituturkan oleh masyarakat di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Utara, Balangan, Tanah Laut, Kotabaru, Tapin, Banjarmasin (Kota Banjarmasin), Banjar, Tabalong, dan Barito Kuala. Persentase perbedaan antarsemua daerah pengamatan pemakai bahasa Banjar di Provinsi Kalimantan Selatan berkisar 16%—72,50%. Menurut pengakuan penutur, sebagian penutur bahasa yang terdapat di Kabupaten Hulu Sungai Tengah dan Hulu Sungai Selatan menyebut bahasa yang mereka gunakan sebagai bahasa Bukit atau bahasa Dayak Meratus. Akan tetapi, berdasarkan penghitungan dialektometri, isolek Bukit (Dayak Meratus) adalah satu bahasa dengan bahasa Banjar dengan persentase berkisar 44—51% (beda subdialek atau beda dialek).

          Di Provinsi Kalimantan Tengah, bahasa Banjar terdiri atas dua dialek, yaitu (1) dialek Pematang Panjang yang dituturkan di Desa Pematang Panjang, Kecamatan Pambuang Hilir (Seruyan Hilir) dan di Desa Tanjung Rangas, Kecamatan Seruyan Hilir, Kabupaten Seruyan. Persentase perbedaan berdasarkan hasil penghitungan dialektometri antarisolek tersebut sebesar 27,25% sehingga dinyatakan beda wicara; (2) dialek Kuala Jelai dituturkan di Desa Kuala Jelai (Jelai), Kecamatan Kuala Jelai, Kabupaten Kotawaringin Barat, Provinsi Kalimantan Tengah. Persentase perbedaan berdasarkan hasil penghitungan dialektometri antarisolek tersebut sebesar 74,05%.

Bahasa Banjar, baik yang berada di Provinsi Kalimantan Selatan maupun yang berada di Provinsi Kalimantan Tengah adalah bahasa yang sama dengan persentase perbedaan sebesar 48% (beda subdialek).Bahasa Banjar yang terdapat di Provinsi Riau dan Kepulauan Riau dituturkan di Kabupaten Indragiri Hilir. Bahasa ini terdiri atas empat dialek, yaitu (1) dialek Pekan Kemis yang dituturkan di Desa Pekan Kemis; (2) dialek Simpang Gaung yang dituturkan di Desa Simpang Gaung; (3) dialek Sei Raya-Sungai Piring yang dituturkan di Desa Sei Raya dan Sungai Piring; (4) dialek Teluk Jira yang dituturkan di Desa Teluk Jira. Persentase antara keempat dialek tersebut sekitar 55,06%. Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, persentase perbedaan antara dialek Banjar yang terdapat di Kalimantan Selatan dan dialek Banjar yang terdapat di Provinsi Riau/Kepulauan Riau adalah sebesar 66,75% (beda dialek).

          Bahasa Banjar yang terdapat di Provinsi Jambi terdiri atas tiga dialek, yaitu (1) dialek Paritpudin yang dituturkan di Desa Paritpudin, Kecamatan Pangabuan, Kabupaten Tanjung Jabung Barat; (2) dialek Pembengis yang dituturkan di Desa Pembengis, Kecamatan Pangabuan, Kabupaten Tanjung Jabung Barat; (3) dialek Sungairambut yang dituturkan di Desa Sungairambut, Kecamatan Rantau Rasau, Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Persentase perbedaan antarketiga dialek tersebut berkisar 53,75%—56%. Sementara itu, persentase perbedaan antara isolek Banjar yang terdapat di Kalimantan Selatan dengan isolek Banjar yang terdapat di Provinsi Jambi adalah sebesar 72,75%  (beda dialek).

Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Banjar merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 82%—98% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Banjar dengan bahasa Samihin, Maanyan, Beragas, dan Bakumpai.