Cerpen ini menceritakan tentang nenek yang pemarah sedang menyiapkan kanji sepiring untuk menjemur pakaian yang sudah dicucinya. Waktu ia akan mengkaji pakaiannya, ia melihat ada seekor burung gereja yang sedang memakan kanjinya. Nenek itu sangat marah dan mengankap burung gereja kemudian memotong lidah burung gereja. Burung gereja yang sudah jinak itu adalah kepunyaan tetangganya yang sudah di anggap kekasihnya. Setelah lidahnya dipotong burung gereja itu pergi dengan rasa yang amat sakit. Ketika tetangganya mendengar apa yang telah terjadi kepada burung gereja, sang istri mengajak suaminya sangat sedih dan mencari burung gereja kesayangannya dilembah, digunung. Pada akhirnya, mereka menemukan burung gereja di sarang burung gereja yang sangat bagus. Burung gereja dirawat dengan baik, itu membuat mereka lega. Sepasang suami dan istri itu dijamu oleh induk burung gereja, setelah kenyang mereka berpamitan pulang keluarga burung gereja sudah menyiapkan dua bakul yaitu bakul yang berat dan bakul yang ringan untuk dipilih, mereka pun memilih bakul yang ringan dengan alasan sudah tua agar mudah membawanya. Setelah sampai dirumah mereka pun membuka bakul tersebut, alangkah terkejutnya mereka mengetahui isinya adalah emas. Mereka pun hidup bahagia. Mendengar tetangganya hidup bahagia nenek pemarah itu iri dan ingin melakukan hal yang sama seperti tetangganya dengan menanyakan dimana rumah keluarga burung gereja tersebut. Nenek pemarah sampai ke sarang keluarga burung gereja, seperti biasa ia ditawari dua bakul. Nenek pemarah itu memilih bakul yang berat. Sesampainya dirumah dengan tidak sabar ia membuka bakulnya tetapi isi bakul itu tidak sesuai dengan apa yang ia inginkan. Dari dalam bakul itu keluar hewan aneh dan banyak dan akhirnya hewan tersebut menyerang nenek pemarah hingga menemui ajalnya.