Novel Kiageng Giring karya S. Har. JD mengisahkan tentang sepasang suami istri yang hidup sederhana di sebuah desa. Kiageng Giring memiliki seorang adik bernama Kiageng Pemanahan yang hidup di kota. Mereka berdua jarang bertemu. Kiageng Giring adalah contoh bagi orang-orang desa karena ia sangat rajin dalam bekerja. Pekerjaannya adalah mengolah sawah. Kiageng Giring senang hidup di desa karena tenteram melihat alam yang indah dan damai daripada di kota yang notabenenya semua sudah ada tetapi alamnya kurang indah. Ia suka pergi ke tempat yang sepi dan sunyi untuk berdoa. Tetapi, doa tersebut dirahasiakan, istrinya pun tidak tahu.Suatu hari ketika Kiageng Giring sedang beristirahat di bawah pohon kelapa, terdengar suara "Barang siapa dapat menghabiskan air kelapa muda ini dengan sekaligus, dialah akan akan dapat menurunkan raja-raja di tanah Jawa kelak" lalu ia memutuskan untung mengambil kelapa yang tinggal satu itu. Dibawalah buah kelapa itu kerumahnya untuk diminum nanti ketika ia haus, ia titipkan kepada istrinya agar tidak diminum oleh siapa pun lalu ia bergegas pergi lagi. Akhirnya doanya terkabul.Datanglah Kiageng Pamanahan kerumahnya, ia rindu dengan kakaknya. Setelah itu ia diberi minum oleh istri Kiageng Giring yaitu teh hangat. Tetapi, Kiageng Pamanahan malah meminum air kelapa yang segar itu, karena ia sangat haus dan malas minum teh panas. Lalu istri Kiangeng Giring terkejut karena ia diminta oleh suaminya untuk tidak memberikan kelapa itu kepada siapa pun. Istrinya pun panik. Tidak lama kemudian datanglah Kiageng Giring. Ia senang sekali melihat adiknya datang berkunjung, lantas ia langsung menghampiri untuk bersalam-salam dan melepas rindunya.Kiageng Giring terkejut melihat kelapa yang ia bawa sudah habis diminum adiknya. Kiageng Giring kecewa karena cita-citanya sudah lenyap. Kiageng Pamanahan tidak tahu apa yang sebenernya terjadi. Kiageng Giring menjelaskan semua dan membuat Kiageng Pamanahan kaget namun senang mendengar cerita tersebut. Kiageng Giring meminta perjanjian agar anak atau cucunya bisa menikmati sebagai raja, entah itu sehabis anak dari Kiageng Pamanahan, entah itu turunan ketiga bahkan turunan ketujuh pun Kiageng Giring meminta kepadanya. Tetapi, Kiageng Pamanahan menjawab bahwa kita tidak tahu keadaan cucu-cucu kita nanti. Sebaiknya kita serahkan semua itu kepada Tuhan.