Cerita ini menceritakan Idjo yang sangat menyayangi kambing peninggalan ibunya yang sudah meninggal. Ketika ayahnya berencana untuk menjual kambing-kambingnya untuk keperluan sekolah, ia menolak dan rela tidak dibelikan peralatan sekolah yang baru agar kambing-kambingnya tidak dijual. Setelah itu, Idjo menggiring kambing-kambingnya keluar kandang untuk digembala. Sebelum menggembala, ayahnya sudah berpesan kepada Idjo untuk membawa kambing-kambingnya ke pinggir kali saja jangan ke atas bukit karena sedang musim hujan ayahnya khawatir jalan bukit licin ketika hujan turun. Tetapi Idjo tidak mengindahkan pesan ayahnya. Tanpa sadar Idjo telah mendaki bukit dan melihat kambing-kambingnya sudah merumput. Kemudian, Idjo duduk di bawah pohon asam, Ia mengeluarkan makanan dan minuman yang ia bawa untuk bekal, setelah itu ia memainkan suling. Idjo kelelahan dan akhirnya tertidur, hingga tak sadar langit di atas bukit yang mulanya cerah berubah menjadi mendung. Tak lama hujan pun turun, Idjo terbangun dengan segera turun bukit mencari kambing-kambingnya tetapi ia tidak menemukannya.